Judul: Mahatma Gandhi; Sebuah Autobiografi Kisah tentang Ekserimen-ekperimen Saya terhadap Kebenaran
Penulis: MK Gandhi
Penerbit: Narasi, Yogyakarta
Tahun: I, 2009
Tebal: xvi + 728 halaman
Harga: Rp 160.000
:: dinukil dari situs Koran Jakarta::
Bagi siapa pun, Mahatma Gandhi merupakan anak sejarah yang patut dipelajari dan dijadikan cerminan untuk memberdayakan kehidupan secara maksimal. Tautan kehidupannya yang sarat ilmu dan pembelajaran untuk memaknai hidup bolehlah dikatakan sebagai hal termahal yang, selama ini dicari oleh kalangan mana pun, yakni Kebenaran.
Mengenai konsep Kebenaran, ia menjadi orang yang sangat “bebas”. Bahkan untuk menilai dirinya sendiri; yang terkenang sebagai pengobar benih-benihnya ke penjuru dunia. Ia bahkan mengutuk dirinya sendiri dengan mengagungkan Kebenaran. Berharap kemenangan berada di bawah payung Kebenaran.
Dalam buku autobiografi ini, pembaca akan menemukan sisi kemanusiaan Gandhi. Gandhi adalah pribadi manusia yang “utuh”. Yang besar kemungkinan memiliki bagian hidup yang positif dan negatif. Dan memang inilah yang terpancar dalam buku ini. Ada sisi positif yang dibeber untuk disebarluaskan, pun terdapat sisi negatif yang (harus) dijadikan renungan.
Gandhi yang menikah saat usia 13 tahun menemui banyak gejolak yang tragis. Awalnya, Gandhi dijodohkan sebanyak dua kali, namun perempuan yang dijodohkan meninggal sebelum menikah dengannya. Pertunangan ketigalah yang berhasil sampai ke pelaminan, yakni dengan gadis bernama Kasturbai. Layaknya suami-istri, mereka melakukan Saptapadi dan Kansar.
Saptapadi adalah tujuh langkah yang dilakukan dua mempelai Hindu secara bersama, pada waktu yang sama saling mengucapkan janji setia dan berbakti. Sesudah itu pernikahan tak bisa dibatalkan. Kansar adalah ramuan gandum yang tiap hari pasangnya dimakan bersama-sama seusai upacara, hlm 10-14.
Dalam masa pernikahan di usia dininya itu, Gandhi dijejali dengan problema rumah tangga. Ia bergelut dengan usia yang masih sangat muda utuk menyesuaikan dengan kondisi. Meski demikian, Gandhi tak melupakan kewajiban terhadap istri.
Menginjak usia 16 tahun, Gandhi ditinggal pergi ayahnya untuk selamanya karena menderita fistula. Pada masa ini, ia sangat terpukul dan menyayangkan dirinya tidak berada di samping ayahnya sewaktu meregang maut. Betapa kecintaanya terhadap ayahnya teramat besar.
Sisi kemanusiaan Gandhi yang lain adalah bahwa ia pernah melakukan khilaf. Demi bisa menghisap rokok, Gandhi pernah mencuri tembaga hingga berencana bunuh ciri dengan cara menelan biji Dhatura, semacam racun yang efektif, hlm 35-36. Di tengah kegalauannya ia dihadapkan pada penolakan ibunya yang tidak merestui niatnya untuk pergi ke Inggris.
Gandhi memang tak bisa pergi tanpa restu orang tua, namun kegigihannya mengalahkan segalanya. Oleh karenanya, dengan sekuat kemampuan Gandhi membujuk orang-orang terdekat ibunya supaya mau merayu ibunya. Akhirnya perintaan Gandhi terkabul, tetapi bersyarat. Tiga hal yang dilarang oleh Becharji Swami untuk didekati selama proses pencarian “Kebenaran”-nya di Inggris adalah arak, wanita, dan daging, hlm 54. Tiga hal tersebut dalam tradisi Timur merupakan pantangan.
Sumber: http://www.koran-jakarta.com