Judul: Republik Jungkir Balik; Sebuah Novel Berlatar Belakang Perang Kemerdekaan
Penulis: Suparto Brata
Penerbit: Narasi
Ukuran: 14,5 x 21
Tebal: 392 hal
Harga: 58.000
Surabaya, tahun 1945. Diperkirakan lebih dari 100.000 penduduk terpaksa mengungsi ke luar kota. Kebanyakan hanya dengan pakaian yang melekat di tubuh, karena dalam situasi kepanikan, mereka tidak sempat memikirkan untuk membawa harta benda. Kesengsaraan yang diderita oleh pengungsi tersebut berlanjut selama berbulan-bulan, sebelum mereka berani kembali ke kota yang telah hancur.
Keluarga Kartidjo merupakan salah satu dari beribu-ribu keluarga yang ikut dalam gelombang besar pengungsian tersebut. Di tempat baru, mereka kemudian mengenal keluarga Saputra. Seorang tukang catut yang mengawini perempuan mantan pelacur dari Kampung Tretes bernama Sumini.
Kesulitan hidup di tempat yang baru, membuat dua keluarga ini masuk dalam konflik kehidupan yang pelik. Senasib sepenanggungan, mereka berjuang mempertahankan hidup. Seiring dengan beranjak dewasanya anak-anak Kartidjo, ditangkapnya Saputra oleh Belanda sehingga Sumini yang cantik dan menarik rela menjadi pelayan nafsu sinyo-sinyo penjara Herenstraat.
Pergolakan antara nilai nurani dengan kemanusiaan, mampu diolah secara apik oleh Suparto Brata dalam novel ini. Perjuangan manusia untuk tetap mempertahankan kelangsungan hidup atau memilih menyerah karena memegang teguh nilai-nilai kebenaran nurani. Ya, negeri ini memang telah “Jungkir Balik”. Di mana ukuran mengenai kebenaran atau kekeliruan menjadi sangat relatif kedudukannya. Bagaimana Kartidjo menjalankan hidupnya? Dan pilihan-pilihan apa yang diambilnya?
-000-
Suparto Brata lahir di Surabaya, tanggal 27 Februari 1932. Telah memulai karier kepenulisannya sejak SMP (1950) dengan mengirimkan tulisan-tulisannya ke berbagai majalah dan Koran. Buku-buku yang pernah diterbitkan oleh Narasi, antara lain: Donyane Wong Culika (2004), Lelakone Si Lan Man (2005), Suparto Brata’s Omnibus (2008),Seri Randha Cocak, Kunarpa Tan Bisa Kandha, dan Tretes Tintrim (2009).